Internationale Poetry-Biennale - Filmfestival - Salon - Netzwerk
___Festival 2016________________________________
- Nenden Lilis Aisyah (ID)
- Ann-Kathrin Ast (D)
- Anna Auzina (LV)
- Alexandra Bakonika (GR)
- Anja Bayer (D)
- Ewa Boura (GR)
- Anna Breitenbach (D)
- Yashodhara Ray Chaudhuri (IN)
- Aruna Dhere (IN)
- Ulrike Draesner (D)
- Heike Fiedler (CH)
- Hanna Fransisca (ID)
- Claudia Gabler (D)
- Inga Gaile (LV)
- Petra Ganglbauer (AT)
- Anja Golob (SI)
- Pornpen Hantrakool (TH)
- Dorothea Rosa Herliany (ID)
- Ricarda Kiel (D)
- Ilse Kilic (AT)
- Margret Kreidl (AT)
- Erika Kronabitter (AT)
- Augusta Laar (D)
- Liana Langa (LV)
- Simone Lappert (CH)
- Alma Larsen (D)
- Sabina Lorenz (D)
- Tabea Xenia Magyar (CH)
- Zulema Moret (AR)
- Birgit Müller-Wieland (D)
- Brigitte Oleschinski (D)
- Gonca Özmen (TR)
- Judith Nika Pfeifer (AT)
- Savithri Rajeevan (IN)
- Dana Ranga (RO)
- Franziska Ruprecht (D)
- Ulrike Almut Sandig (D)
- Rati Saxena (IN)
- Sara M. Schüller (D)
- Naseem Shafaie (IN)
- Zhao Si (CN)
- Tzveta Sofronieva (BG)
- Basudev Sunani (IN)
- Georgia Triantafyllidou (GR)
- Anja Utler (D)
- Neshe Yasin (CY)
Nenden Lilis Aisyah (Indonesien)
*1971 in Garut, West Java, Indonesia. Ihre Gedichte, Kurzgeschichten, Essays etc. wurden in zahlreichen Büchern und verschiedenen Medien national und international publiziert.
Sie veröffentlichte zwei Gedichtbände: Negeri Sihir (Magisches Land), 1999, und Maskumambang Buat Ibu (Maskumambang für Mutter), 2016, sowie eine Sammlung von Kurzgeschichten, Ruang Belakang (Hinterzimmer) 2003.
2005 erhielt sie den Pusat Bahasa Preis, sie ist regelmäßig auf internationalen Literatur-Festivals vertreten.
Schwerpunkt Indonesien / Focus Indonesia
Born in Garut, West Java, Indonesia, 1971. Her poems, short stories, essays, non-fiction, etc. are published in numerous books and mass media national and international.
Her collections of poetry are Negeri Sihir (Magical Land), 1999, and Maskumambang Buat Ibu (Maskumambang For Mother), 2016. A book of her short stories is Ruang Belakang (Backroom) 2003.
She received the Pusat Bahasa Award 2005 and is regularly invited to international literary festivals.
MASKUMAMBANG BUAT IBU
apakah yang tengah kusepah dan kuhisap ini
ruas-ruas tebu yang memancarkan manis airnya
atau kasar dan kurus buku-buku jarimu
yang mengeluarkan darah
manis atau amis telah sulit kubedakan
semenjak kusadari sepanjang hidupmu
keringat dan air mata tak henti
mengaliri setiap gurat wajahmu
(yang seperti garis sayatan di daun sirih)
rentang urat kakimu telah serupa akar menjalar
dari pohon-pohon yang kau tanam
bahkan tak kukenali lagi
kerut ataukah kisut lurik terbakar
kulit tanganmu itu
tangan yang setia mengangsur-angsur kayu bakar
demi secerek air teh yang dijerang di atas tungku
(air kasih keemasan yang tertuang dari cerat batinmu
ke cangkir lubuk hati kami)
tangan yang tulus ngakeul nasi di bakul
--melikatkan kehidupan agar masak terolah—
tangan yang tak lelah menumbuhkan benih di ladang
meski angin menderu merontokkan rambutmu yang mayang
di punggung menggelantung matahari
dan di pangkuan membenam bulan
ibu masih harus menyangga beban gunung dan laut
tetapi, bahkan tanah yang diinjak
tak pernah mendengar hempasan keluh
(ibu, menyadari semua itu
hatiku bagai diparut
darahnya tak surut-surut)
2012-2014
*) ngakeul : salah satu tradisi orang Sunda, setelah nasi ditanak dan dimasukkan ke bakul, langsung diaduk sambil dikipasi agar pulen/likat.
MASKUMAMBANG FOR MOTHER
what I’m chewing and sucking
some pieces of sugarcane that spouted out its sweet water
or your rough and tiny knuckles
discharged blood
sweet or fishy hard to differ
since I realized for the whole of your life
sweet and tears keep on dripping
flowing through every lines of your face
(seem like slices on a betel leaf
stretch of vein on your leg seem like roots creeping all over
from the trees you grew
more than that, I know no more
wrinkle and sun-baked
of your hands skin
the dedicated hands push firewood
for a cup of tea boiled on the fireplace
(golden water of love poured from the depth of your heart
into the cup of our inner)
sincere hands turned over the rice in bamboo basket
to thicken and stick so that cooking completely done
tireless hands grew the seed in the field
though the wind blew howling loosing your loosely hung hair
on your back hung the sun
on your lap immersed the moon
moreover, she shall bear the burden of the mountain and the sea
nevertheless, even the ground trampled on
never heard her grumble
( mother, reconciled as a whole
my heart as if it were grated
blood bleeding ceaseless)